Ingin Menerapkan Hybrid Working? Pertimbangkan 7 Hal Ini!

Sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, sistem kerja WFH atau work from home banyak diterapkan perusahaan. Namun, seiring dengan berkurangnya kasus COVID-19 di Indonesia dan banyaknya masyarakat yang telah melakukan vaksin COVID-19, banyak perusahaan yang mulai mengubah sistem kerja. Mulai dari WFH, working hybrid, hingga kantor.

Sistem kerja yang dipilih perusahaan dapat berdampak pada kinerja karyawan. Kemudian akan memengaruhi performa dan kelangsungan perusahaan ke depan. Oleh sebab itu, pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan tujuh faktor ini sebelum menentukan sistem kerja hybrid atau kantor.

Lalu apa saja yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menerapkan sistem working hybrid? Simak selengkapnya di bawah ini.

Kesehatan dan keselamatan kerja

Pandemi memaksa banyak perusahaan untuk membayar pengeluaran ekstra untuk kesehatan dan keselamatan karyawan. Ketika membuka kembali kantor bagi karyawan, manajemen harus menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan cairan disinfektan, masker, atau layanan tes swab atau PCR.

Selain itu, manajemen juga perlu mengatur tempat duduk agar karyawan tetap menjalankan physical distancing, memperbaiki ventilasi ruangan, memberikan karyawan vaksin COVID-19, dan memerhatikan employee wellbeing.

Jenis pekerjaan

Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan di rumah atau di mana saja. Beberapa jenis pekerjaan seperti industri perbankan, kesehatan, dan transportasi. Ketiga industri ini mengharuskan para karyawan (posisi tertentu masih bisa WFH) untuk hadir di lokasi kerja. Misal petugas kesehatan, resepsionis, dan security rumah sakit tetap harus bekerja di kantor. Namun, karyawan pemasaran dan HR bisa menjalankan work from home.

Meski pekerjaan mereka tidak berhubungan erat, namun ada beberapa hal saling berkaitan. Misalnya, seorang HR perlu menyampaikan peraturan manajemen kepada semua karyawan atau HR menyampaikan kendala dari karyawan ke atasan.

Agar komunikasi terjalin baik, manajemen perlu membuat sistem kerja yang jelas bagi kedua kelompok, seperti melengkapi karyawan dengan perangkat lunak atau peralatan tertentu bagi karyawan yang bekerja di rumah. Sehingga kerjasama antar karyawan WFO dan WFH berlangsung baik.

Preferensi komunikasi

Sebagai HR, Anda juga perlu melihat gaya komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Apakah gaya komunikasi mereka harus tatap muka atau fleksibel? Jika fleksibel, apakah komunikasi secara online yang mereka lakukan berdampak positif terhadap kinerja?

Bekerja dari kantor mendorong karyawan untuk bekerja sama dengan tim atau divisi lain, memiliki pengalaman kerja lebih menyenangkan, dan tidak merasa kesepian. Meski begitu, ada juga karyawan yang memiliki preferensi bekerja dari rumah atau tidak berinteraksi dengan banyak orang  karena lebih nyaman.

Jika Anda menemukan kondisi seperti itu, tidak ada salahnya membuat kegiatan daring yang membangun kekompakan antar tim. Misalnya menyelenggarakan sharing session dan permainan daring setiap dua kali dalam seminggu.

Peraturan tambahan

Jika diperlukan, perusahaan bisa membuat peraturan tambahan untuk mendukung sistem kerja baru, baik hybrid atau kantor, Misalnya bekerja dari rumah membuat sejumlah karyawan overtime.

Untuk mengatasinya, HR juga perlu membuat peraturan baru, seperti dilarang membicarakan pekerjaan dan mengirimkan email sebelum pukul 09.00 dan setelah 18.00. Peraturan itu bisa mencegah karyawan burnout sekaligus memperhatikan kebutuhannya untuk istirahat.

Kemajuan karier

Sebuah penelitian memperlihatkan karyawan yang bekerja tatap muka lebih mungkin untuk dipromosikan. Karena mereka bisa berjejaring dan bertemu rekan kerja, atasan, hingga klein.

Jika perusahaan menerapkan sistem working hybrid, perusahaan disarankan untukĀ  menjadwal karyawan yang WFO dan WFH. Jika tidak, karyawan yang berorientasi terhadap kemajuan karir akan datang dan bekerja dari kantor.

Prioritas personal

Penentu sistem kerja ada di tangan pihak manajemen. Namun ada baiknya HR bertanya kepada karyawan untuk meminta feedback mengenai penerapan sistem kerja serta prioritas personal mereka.

Karena HR perlu mengetahui prioritas karyawan yang berhubungan terhadap kinerja dan kendala yang mereka hadapi. Misalnya, karyawan yang memiliki balita atau karyawan yang harus menjaga orang tua ekstra ketat saat pandemi.

Berdasarkan Produktivitas

Dalam memutuskan sistem kerja, manajemen juga harus melihat produktivitas karyawan sekaligus kinerja perusahaan secara keseluruhan berdasarkan data.  Menurut studi Vodafone, 75% bisnis di seluruh dunia telah mengenalkan konsep kerja fleksibel dan kinerja tinggi karyawan pun meningkat. Alih-alih membatasi aktivitas bisnis pada jam kerja dan fokus pada 1 lokasi, memberikan lingkungan kerja yang sesuai memungkinkan karyawan bekerja lebih baik untuk mencapai target.

Itulah beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan bagi HR dan manajemen dalam menerapkan sistem working hybrid. Dengan melakukan pertimbangan di atas, perusahaan bisa mendapatkan hasil yang optimal dalam mengelola bisnis dan menjaga produktivitas bisnis.

Selain itu, untuk menjaga karyawan tetap produktif dan meningkatkan loyalitas karyawan, perusahaan juga bisa memberikan benefit seperti akses pembayaran gaji instan atau fleksibel. Dengan akses pembayaran gaji fleksibel, perusahaan bisa membantu karyawan yang mengalami masalah keuangan dan membutuhkan dana darurat.

Namun memberikan akses pembayaran gaji di muka bukanlah hal yang mudah. Karena perusahaan perlu anggaran keuangan tambahan untuk mempersiapkan dana demi memenuhi kebutuhan karyawan. Oleh karena itu, sekarang perusahaan bisa memanfaatkan aplikasi KINI.id. Dengan KINI.id, perusahaan tidak perlu khawatir mengenai anggaran ataupun cash flow perusahaan. Jadi tunggu apalagi? Daftarkan seluruh karyawan Anda sekarang ke aplikasi KINI.id.