Sering kita temukan karyawan resign setelah lebaran atau setelah menerima THR. Momen ini menjadi salah satu puncak turn over tinggi di hampir seluruh perusahaan. Ada beberapa alasan karyawan mengajukan resign setelah lebaran. Mulai dari merasa tidak cocok lagi dengan Perusahaan baik dari segi lingkungan, masalah intern, masalah personal, mencari kesempatan kerja yang lebih baik, dan berbagai alasan lainnya.
Namun kenapa setelah lebaran? Di momen lebaran inilah karyawan akan mendapatkan THR setelah bekerja setahun penuh. Di mana, momen pembayaran THR satu bulan gaji ini sangat dinantikan dan sayang untuk dilewatkan. Selain itu, di momen ini jugalah banyak kesempatan baru yang terbuka. Karena banyaknya karyawan yang resign, maka akan ada juga banyak posisi yang kosong.
Jika hanya 1-2 karyawan yang mengajukan resign pasca lebaran mungkin bukanlah bencana besar bagi perusahaan. Lalu bagaimana jika momen ini menjadi kesempatan bagi karyawan untuk resign massal? Jika hal ini yang terjadi, maka perusahaan tentu perlu memikirkan strategi yang tepat untuk menghindari resign massal setelah lebaran. Berikut beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan.
Buka komunikasi aktif antara Perusahaan dan karyawan
Karyawan tidak selalu memiliki tempat untuk mengutarakan suara, saran, maupun pendapat mereka. Oleh karena itu, perlu adanya form umpan balik yang mendukung komunikasi aktif antara Perusahaan dan karyawan baik secara performa, survei gaji, jenjang karir, maupun kendala personal dan internal. Dengan adanya umpan balik yang diberikan perusahaan, sebaiknya perusahaan juga mempertimbangkan hal tersebut sesuai dengan performance karyawan.
Perhatikan tanda karyawan yang ingin resign
Ketika karyawan kurang bahagia dan mulai menjauhkan diri, maka ini merupakan tanda awal karyawan ingin resign yang perlu diwaspadai. Tanda selanjutnya adalah performa kinerja yang semakin lama semakin menurun. Jika tanda kedua sudah mulai terlihat, perusahaan bisa memberikan tantangan yang membuatnya lebih bersemangat, maupun komunikasi yang aktif.
Jika karyawan tetap ingin mengajukan resign, pastikan untuk meminta feedback kepada karyawan yang memutuskan resign. Feedback ini dapat menjadi refleksi atau pembelajaran perusahaan untuk membangun perusahaan dan internal yang lebih baik kedepannya.
Memperluas opsi kerja jarak jauh
Sejak pandemi COVID-19, banyak karyawan yang akhirnya lebih terbiasa bekerja dari jarak jauh. Hal ini juga terbukti bisa membuat karyawan lebih produktif meski tidak berada di kantor. Di lain sisi, beberapa karyawan kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi.
Data yang ditemukan dari McKinsey mengatakan bahwa sebesar 90 persen responden yang mengambil pekerjaan baru di kota-kota baru dikarenakan banyak perusahaan yang mengizinkan pekerjaan jarak jauh. Agar perusahaan tidak resign, mungkin perusahaan bisa coba memperluas opsi kerja jarak jauh secara adil. Cobalah buat kebijakan yang luas dan setara sehingga membantu karyawan bertahan di perusahaan meski setelah lebaran.
Berikan pelatihan kerja hybrid
Pergeseran budaya menjadi penting untuk mendukung cara kerja baru. Pelatihan ini perlu dilakukan untuk menghindari perasaan ‘terisolasi’ dan ‘dilupakan’ ketika rekan-rekan mereka kembali ke kantor. Perusahaan bisa memberikan pelatihan bagi manajer untuk memimpin tim hybrid secara efektif. Contohnya seperti Google yang memiliki ruang rapat dengan layar besar untuk menampung pekerja jarak jauh maupun rekan kerja.
Evaluasi beban pekerjaan karyawan
Untuk mencegah karyawan resign setelah lebaran, perusahaan juga bisa memeriksa dan melakukan evaluasi secara teratur beban kerja pada tim. Perusahaan bisa memeriksanya secara berkala dan distribusikan kepada karyawan dengan beban kerja yang tidak terlalu sibuk.
Memberdayakan pengembangan karir bagi karyawan
Bagi sebagian orang, gaji bukanlah hal utama, melainkan pengembangan karir yang ditawarkan perusahaan. Pada masa setelah lebaran, banyak karyawan yang resign demi mengejar karir impian. Untuk itu, cobalah berikan tanggung jawab yang baru bagi para karyawan untuk menantang mereka dan mempelajari sesuatu yang baru. Namun jika karyawan dirasa mampu, pastikan juga perusahaan untuk mempertimbangkan tunjangan dan gaji mereka.
Perhatikan kesehatan karyawan dan berikan apresiasi
Selama pandemi, banyak karyawan yang mengeluh burnout karena pekerjaannya yang tiada henti dan deadline yang singkat. Hal ini tentu bisa mengurangi kualitas hasil kerja sekaligus membuat kesehatan karyawan pun terganggu.
Oleh karena itu, pastikan untuk memerhatikan kesehatan karyawan dan berikan mereka apresiasi sebagai bentuk bahwa kamu menghargai mereka. Kamu bisa memberikan bentuk dalam hadiah setiap bulan, ataupun apresiasi bagi karyawan dengan kinerja terbaik setiap bulannya.
Kesetaraan gaji dan transparansi
Gaji juga sering menjadi alasan untuk resign setelah lebaran. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini cobalah lakukan transparansi agar tidak menimbulkan kecurigaan. Perusahaan bisa membagikan kisaran rentang gaji karyawan untuk menunjukan bahwa perusahaan berkomitmen terhadap ekuitas.
Berikan benefit akses gaji instan
Selain beberapa cara di atas, perusahaan juga bisa mempertimbangkan untuk memberikan benefit yang mempermudah karyawan dalam mengakses gajinya lebih fleksibel. Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan seluruh karyawan ke dalam aplikasi KINI.id.
Melalui aplikasi KINI.id, karyawan bisa dengan mudah mengakses gaji mereka kapanpun tanpa harus menunggu tanggal gajian. Selain itu, perusahaan juga tidak perlu mengubah anggaran perusahaan atau mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji di awal sehingga nantinya tidak akan mengganggu arus kas perusahaan.
Itulah beberapa cara mencegah karyawan resign setelah lebaran yang bisa dilakukan perusahaan. Kira-kira mana cara yang paling efektif untuk dilakukan di perusahaanmu?