7 Kesalahan Strategi Retensi Karyawan yang Sering Dilupakan Perusahaan

Setiap perusahaan pasti berharap memiliki karyawan yang loyal dengan perusahaan dan ikut membantu perusahaan untuk berkembang bersama. Perusahaan juga tidak ingin karyawan yang baru direkrut beberapa bulan lalu mengundurkan diri dengan alasan ‘tidak bisa berkembang’. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan strategi retensi karyawan untuk mempertahankan karyawan di perusahaan.

Namun, terkadang ada beberapa perusahaan yang justru melakukan kesalahan yang tidak disadari justru membuat program retensi yang sudah dibuat menjadi gagal. Di bawah ini adalah beberapa keselahan perusahaan ketika membuat strategi retensi karyawan yang justru membuat  turnover tinggi.

Tidak mengakui prestasi karyawan

Karyawan yang bekerja keras demi memenuhi ekspektasi perusahaan dan mencapai tujuan bisnis, terkadang hanya butuh pengakuan dan ucapan terima kasih. Dengan adanya pengakuan tersebut, mereka merasa dihargai oleh perusahaan. Sehingga nantinya mereka akan tetap bersemangat mencapai tujuan perusahaan.

Sayangnya, tidak semua atasan bisa mengakui prestasi atau pencapaian karyawan. Inilah kesalahan besar dalam retensi. Tanpa merasa dihargai, karyawan bisa saja kehilangan motivasi, yang nantinya akan membuat mereka pergi.

Terlalu banyak aturan

Terlalu banyak aturan dan kebijakan perusahaan juga bisa merusak hubungan pemimpin dan karyawan yang menyebabkan karyawan justru meninggalkan perusahaan

Misalnya, di zaman teknologi canggih seperti sekarang, banyak karyawan yang menghadapkan jadwal kerja fleksibel dan peluang telecommuting dari perusahaan. Namun, perusahaan kaku pada aturan office hour, misalnya jam 08.00 – 17.00, dan jilka terlambat akan dikenakan potongan gaji. Aturan yang kaku inilah yang membuat karyawan pergi meninggalkan perusahaan.

Pemimpin tidak memahami karyawan

Semua orang menginginkan hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan. Namun, terkadang atasan tidak sadar dan tidak memahami karyawan. Misalnya, atasan tidak memahami kondisi, tidak suportif, tidak komunikatif, bahkan tidak memiliki waktu untuk memberikan umpan balik kepada karyawan.

Kesalahan ini juga sering terjadi ketika pemimpin tidak memberikan karyawan ruang bersenang-senang. Padahal lingkungan kerja sangat kompetitif. Jika atasan tidak mengakomodir hal itu dan banyak aturan yang diterapkan, jangan bingung ketika banyak karyawan kabur ke pesaing.

Tidak memberikan pelatihan yang memadai

Perusahaan juga berkewajiban untuk meningkatkan skill karyawannya, sehingga perusahaan wajib memberikan mereka pelatihan memadai dan secara berkala. Ini menjadi salah satu proses perusahaan berinvestasi kepada karyawan. Jika tidak, karyawan akan memilih perusahaan yang memberikan mereka pelatihan untuk mengembangkan ilmu dan memberikan waktu berjejaring.

Menoleransi kinerja buruk

Tidak ada karyawan yang tidak pernah melakukan kesalahan. Untuk meningkatkan retensi karyawan, atasan dan manajemen harus bisa menolerasi karyawan yang melakukan kesalahan atau berkinerja buruk, dengan syarat memperbaiki performa kerja.

Tidak ada kesempatan berkembang

Meski perusahaan telah memiliki strategi retensi karyawan, tetapi kalau tidak memberikan kesempatan karyawan berkembang, itu pun termasuk kesalahan. 

Di sisi karyawan, selain menyelesaikan tugas, mereka juga memiliki rencana masa depan dan memiliki goal pribadi yang ingin mereka capai. Oleh karena itu, mereka juga ingin diberikan kesempatan atau peluang untuk berkembang di perusahaan.

Banyak atasan yang tidak menciptakan peluang baru karena khawatir karyawan tidak fokus menyelesaikan pekerjaan utama. Padahal peluang tersebut bisa memberikan karyawan semangat untuk bertanggung jawab dalam tugas harian.

Tidak peduli kesejahteraan karyawan

Kesalahan perusahaan dalam strategi retensi karyawan lainnya adalah  tidak memedulikan kesejahteraan karyawan. Kondisi ini terjadi ketika atasan atau manajemen tidak mempertimbangkan kehidupan dan kebutuhan karyawan.

Karyawan rela meninggalkan anaknya yang masih batita untuk berangkat kerja. Jika pemimpin menyediakan jadwal fleksibel, mengizinkan bekerja di rumah, atau memberikan fasilitas daycare, kemungkinan dapat meretensi karyawan.

Selain waktu fleksibel, salah satu cara perusahaan menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan adalah dengan memberikan akses gaji instan. Di mana, dengan gaji instan, karyawan tidak perlu khawatir ketika terjadi masalah keiangan untuk memenuhi kebutuhan darurat di tanggal tua. Karena dengan gaji instan, karyawan bisa mencairkan gaji kapan saja dan di mana saja tanpa harus menunggu tanggal gajian. 

Untuk memberikan gaji instan, perusahaan bisa memanfaatkan aplikasi KINI.id. Dengan KINI.id, perusahaan bisa memberikan gaji instan tanpa harus mengubah anggaran keuangan maupun menggunakan arus kas perusahaan. Karena semua dana yang digunakan karyawan untuk mencairkan gaji instan akan ditagihkan ke perusahaan oleh KINI.id di tanggal gajian. Sehingga, perusahaan hanya perlu membayar tagihan tersebut dengan memotong gaji karyawan sesuai gaji yang mereka gunakan sebelum tanggal gajian.

Itulah beberapa kesalahan yang sering dilakukan perusahaan ketika melakukan strategi retensi karyawan. Jadi, pastikan perusahaanmu tidak melakukan kesalahan di atas demi mempertahankan karyawan terbaik.