Perusahaan yang memiliki karyawan bahagia tentu sangat beruntung. Karena karyawan bahagia akan peduli dengan apa yang terjadi pada perusahaan. Ia juga memperhatikan kebutuhan pelanggan, memahami setiap perubahan dalam perusahaan, hingga menjadi contoh bagi karyawan lain. Semakin banyaknya karyawan yang bahagia, maka produktivitas bisnis pun akan ikut meningkat. Lalu bagaimana cara mengukur kebahagiaan karyawan?
Sebuah studi dari Social Media Foundation menemukan bahwa karyawan bahagia akan lebih produktif 20% dibanding karyawan tidak bahagia. Pada karyawan penjualan, kebahagiaan berdampak lebih besar yaitu meningkatkan penjualan sebesar 37%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan bahagia merupakan modal dan aset besar bagi perusahaan. Karena karyawan yang bahagia akan lebih memperhatikan pekerjaannya, terdorong untuk mencapai tujuan atau target, bahkan peduli pada apa yang terjadi di perusahaan.
Kepedulian mereka terhadap perusahaan tak sebatas target. Namun juga memperhatikan kebutuhan pelanggan hingga berhati-hati terhadap proses kerja dan sistem yang berlaku. Alhasil ketika hal tersebut berjalan lancar, profitabilitas perusahaan pun meningkat. Lalu bagaimana cara mengukur kebahagiaan karyawan?
Bertanya langsung ke karyawan
Jika ingin mengetahui karyawan bahagia atau tidak, tim HR atau atasan dapat langsung bertanya ke karyawan. Namun tidak semua orang merasa nyaman berbagi pendapat, apalagi dengan atasan. Pasalnya, dunia kerja sangat dinamis dan hampir setengah hari karyawan dihabiskan dengan bekerja.
Terkadang ada perselisihan antar tim, sulit memahami keinginan klien, atau pimpinan yang mempertahankan strateginya meski sebelumnya tidak berhasil. Situasi inilah yang membuat mereka sungkan membicarakan tentang pekerjaan dan perasaan yang berhubungan dengan kebahagiaan. Hal ini dilakukan demi menghindari kesalahpahaman.
Rachel Beider, Pemilik PRESS Modern Massage mengatakan bahwa seorang leader atau atasan bisa bertanya kepada karyawan tentang impian dan tujuannya. Sehingga, leader dapat mempelajari bagaimana pandangan karyawan tersebut di tempat kerja. Tanya juga bagaimana perasaan mereka tentang tujuan, cara mencapainya, dan bagaimana cara atasan atau perusahaan dapat didukung untuk lebih baik. Pastikan, pertanyaan tersebut dilakukan secara empat mata. Sehingga, karyawan dapat lebih terbuka menyampaikan apa yang mereka rasakan.
Menentukan loyalitas
Daisy Jing, seorang entrepreneur muda dari Amerika Serikat berpendapat bahwa loyalitas adalah salah satu tanda karyawan bahagia. Seseorang tidak akan bertahan pada pekerjaan dan perusahaan jika ia tidak senang atau tidak puas terhadap perusahaan. Karyawan yang bertahan juga mencerminkan bahwa ia memiliki kinerja lebih baik dari waktu ke waktu.
One-on-one meeting
Jika kamu memiliki tim kecil atau di bawah 10 orang, tidak ada salahnya untuk mengadakan one-on-one meeting secara rutin. Meeting di sini dilakukan untuk menentukan tingkat kepuasan karyawan. Sehingga, ketika terjadi masalah dengan klien atau anggota tim lainnya, pemimpin atau atasan dapat mengetahuinya dan mencari solusi bersama. Sehingga tim dapat mengembangkan budaya positif serta saling percaya. Ini sangat penting dan perlu dilakukan minimal 1 bulan sekali, terutama jika tim masih dalam lingkup kecil.
Menilai keaktifan & inisiatif
Saat karyawan berinisiatif dan bertindak seakan-akan adalah pemilik bisnis, maka mereka cenderung lebih bahagia dan puas dengan kehidupan kerjanya. Biasanya, karyawan seperti itu akan bekerja di luar jam normal, mengembangkan hubungan pelanggan dengan cara unik, serta punya rasa memiliki terhadap pekerjaan.
Jika perusahaan memiliki karyawan seperti ini, pastikan perusahaan memperhatikan mereka dan berikan kompensasi yang sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Dengan begitu, karyawan bisa lebih loyal dengan perusahaan.
Mengadakan survei
Survei juga menjadi salah satu cara populer dalam mengukur kebahagiaan karyawan. Beck Bamberger, Pendiri BAM Communications menjelaskan bahwa pandemi membuat semua hal berubah cepat. Sehingga ia perlu mendorong timnya untuk mengisi survei setiap 2 minggu sekali dengan pertanyaan yang sama.
Beberapa pertanyaannya di antaranya, “Saya percaya pada pemimpin perusahaan”, “Saya dapat mengatur waktu istirahat ketika saya membutuhkannya”, dan “Saya melihat diri saya di perusahaan dalam 12 bulan ke depan”.
Hasil survei ini dikaitkan dengan tingkat kepuasan kerja karyawan yang berhubungan dengan kebahagiaan. Tentunya dengan melihat kompensasi, peraturan perusahaan, juga budaya dan kepercayaan terhadap manajemen. Dengan adanya survei ini, perusahaan bisa dengan mudah mengukur tingkat kebahagiaan karyawan lebih cepat.
Menggunakan matriks
Selain survei, perusahaan juga bisa menggunakan matriks, indeks, maupun software yang banyak digunakan perusahaan. Misalnya Employee Satisfaction Index (ESI), Employee Net Promoter Score (eNPS), dan software seperti Officevibe, TINYpulse, dan lainnya.
Penggunaan matriks maupun software ini bisa mempermudah manajemen dan perusahaan dalam memberikan penilaian tersistem, serta dapat menambahkan atau mengombinasikan dengan pertanyaan dan metode lain, tergantung fitur yang dimiliki.
Nah, itulah beberapa cara mengukur kebahagiaan karyawan. Jika perusahaan menemukan hasil bahwa karyawan kurang bahagia dan kurang puas terhadap perusahaan, maka perusahaan bisa lebih cepat mengambil solusi dan langkah pasti untuk meningkatkan kebahagiaan karyawan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kebahagiaan karyawan adalah dengan memberikan benefit yang dibutuhkan seperti akses pembayaran gaji di awal. Dengan akses pembayaran gaji di muka, karyawan bisa dengan mudah mengambil gajinya, kapan dan di mana saja tanpa perlu menunggu tanggal gajian, sesuai dengan dana yang mereka butuhkan.
Untuk memberikan akses pembayaran gaji di muka, perusahaan bisa memanfaatkan aplikasi KINI.id. Dengan aplikasi ini, perusahaan bisa memberikan akses gaji di muka tanpa harus mengganggu anggaran keuangan perusahaan. Menarik bukan? Jadi tunggu apalagi? Segera daftarkan seluruh karyawan perusahaan dalam aplikasi KINI.id.