Ketika kesehatan finansial seseorang dalam kondisi baik, maka kesehatan mental pun akan ikut baik. Artinya, kesehatan finansial dan mental yang baik akan memberikan dampak terhadap produktivitas di tempat kerja. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya HR atau perusahaan untuk memberikan penunjang atau benefit yang membantu menjaga kesehatan finansial karyawannya. Namun, sebelum memberikan penunjang tersebut, tentu HR harus mengukur kesehatan finansial karyawan tersebut. Sehingga, nantinya benefit yang diberikan HR pun sesuai kebutuhan karyawan itu sendiri.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah beberapa alasan lengkap kenapa perusahaan perlu mengukur kesehatan finansial dan bagaimana cara melakukannya? Simak selengkapnya di bawah ini agar perusahaan tidak salah langkah dalam memberikan benefit karyawan.
Pentingnya pengukuran kesehatan finansial karyawan
Selain membantu HR dan perusahaan dalam menentukan benefit yang akan diberikan ke karyawan, ada banyak alasan kenapa kesehatan finansial karyawan ini perlu diukur. Apa saja keuntungannya?
Pertama, sebagai HR tentu kamu tidak dapat membantu menyelesaikan kesehatan finansial dengan asal. Perusahaan perlu memanfaatkan karyawan untuk melakukannya sendiri, misalnya dengan menanyakannya langsung apa yang mereka inginkan. Dengan begitu, kemungkinan besar perusahaan akan lebih mudah memberikan alat atau kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan.
Kedua, HR tidak akan tahu apa kebutuhan masing-masing karyawan, karena setiap karyawan pasti memiliki perbedaannya. Sehingga, perusahaan tentu perlu mengukur secara berkelanjutan demi mendapatkan penyesuaian yang dapat membuat perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan.
Ketiga, kesehatan finansial karyawan bukanlah hal yang tepat dimiliki tanpa pengelolaan yang baik. Ini menjadi area yang mempengaruhi seluruh operasional perusahaan. Karena ketika karyawan disibukkan dengan tekanan finansial, kinerja mereka akan turun. Di sinilah perusahaan bisa mengukur kesehatan finansial karyawan yang sedang terjadi.
Cara mengukur kesehatan finansial karyawan
Ada dua metode utama yang bisa dilakukan untuk mengukur kesehatan finansial karyawan.
1. Meminta karyawan untuk mengisi survei
Survei akan memberi perusahaan data langsung yang dapat ditindaklanjuti tentang kebutuhan karyawan, produktivitas kerja, dan perubahaan yang terjadi di lingkungan kerja. Mengukur dengan menggunakan survei adalah dengan bertanya langsung ke karyawan tentang perasaan mereka, baik melalui survei rutin, cepat, dan sederhana, atau melalui permintaan yang lebih rinci untuk umpan balik karyawan.
Faktanya, menurut PwC’s 8th Annual Employee Financial Wellness Survey menemukan bahwa 78% karyawan lebih mungkin meninggalkan perusahaan dan pindah ke perusahaan lain jika perusahaan tidak peduli dengan kesehatan finansial karyawan. Jadi, pastikan perusahaan mulai memerhatikan kembali karyawan, bukan hanya dari sisi kinerja, tapi juga dari masalah keuangannya.
2. Menggunakan metrik proxy
Metrik proxy ini digunakan untuk memvalidasi atau melemahkan hipotesis yang kamu dapatkan dari survei untuk mendorong tindakan yang paling tepat. Kesehatan finansial karyawan termasuk bagian dari kepuasan pribadi, kesehatan mental, dan kinerja di tempat kerja. Sehingga perubahan pada kesehatan finansial cenderung muncul di beberapa hal umum yang bisa diukur.
Dengan pengukuran proxy apapun, memiliki data yang dapat diinterogasi di tingkat perusahaan itu penting. Misalnya, data historis sehingga dapat mencari penyimpangan terkait dari waktu ke waktu. Ini membuat metrik tertentu lebih menarik daripada yang lain dalam hal mengukur kesejahteraan finansial di tempat kerja.
Metrik yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial
Ada beberapa metrik yang bisa digunakan perusahaan untuk mengukur kesehatan finansial karyawannya seperti:
- Data retensi karyawan: Data ini pasti sudah dimiliki perusahaan secara historis, sehingga akan lebih mudah mendapatkannya.
- Ketidakhadiran: Stres atas tekanan finansial juga akan berhubungan dengan absensi, sehingga ketidakhadiran yang lebih tinggi dari rata-rata dapat menunjukkan tekanan keuangan.
- Presenteeism: Ini merupakan bentuk ketidakhadiran patologis, di mana karyawan tidak merasa aman untuk mengambil cuti secara resmi lalu tetap bekerja.
- Data iuran pensiun: Perubahan (seperti penangguhan/pengurangan) pada iuran pensiun dapat menjadi tanda bahwa karyawan merasa terjepit.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengukur kesehatan finansial karyawan harus memiliki tujuan pengumpulan data yang jelas. Data harus mengarah pada wawasan, strategi, validasi, dan pengoptimalan dari waktu ke waktu.
Penting juga untuk diingat bahwa kesehatan finansial tidak memiliki titik akhir. Karyawan akan selalu membutuhkan pemberdayaan dengan alat yang menempatkan mereka di jalur menuju kesehatan finansial karyawan yang lebih baik.
Salah satu strategi kesehatan finansial karyawan yang bisa diberikan perusahaan adalah dengan mendaftarkan mereka ke dalam aplikasi KINI.id. Aplikasi KINI.id adalah aplikasi yang membantu seluruh karyawan mengakses gajinya dengan mudah kapanpun mereka butuhkan. Sehingga akan mengurangi beban keuangan karyawan di masa depan. Misalnya, karyawan tidak perlu berutang hanya untuk memenuhi kebutuhan daruratnya. Dengan begitu, karyawan akan tetap bisa fokus dalam bekerja tanpa harus mengganggu produktivitas karyawan dan perusahaan.