Pernahkah kamu mendengar istilah kutu loncat? Istilah ini sering diberikan kepada karyawan yang suka berpindah kerja. Untuk mencegahnya tentu dibutuhkan strategi menghadapi karyawan kutu loncat.
Karyawan milenial maupun gen Z terkenal senang berpindah-pindah kerja, dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dalam periode singkat. Bahkan, ada yang bisa bekerja di perusahaan hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun. Dengan menjadi “kutu loncat” mereka jadi memiliki banyak pengalaman dan skill yang lebih baik dibandingkan karyawan generasi X atau baby boomers yang lebih memilih kemapanan karir di perusahaan sama, bahkan sampai pensiun.
Millennial dan gen Z adalah generasi digital pioneer, tech-savvy, memiliki skill andal, dan menyukai bekerja secara efisien, mandiri, dan fleksibel. Sayangnya, generasi ini sering dianggap tidak loyal. Jika saat ini mereka bersama kita, maka bisa jadi besok mereka pindah ke pesaing. Akibatnya perusahaan tidak hanya kehilangan karyawan, namun juga harus mengeluarkan biaya rekrutmen lebih besar akibat turnover.
Oleh sebab itu, jika ingin melindungi karyawan dari godaan perusahaan pesaing, maka salah satu strategi menghadapi karyawan kutu loncat ini adalah dengan meningkatkan retensi karyawan atau employee retention.
Siapa generasi kutu loncat?
Menurut survei yang dilakukan Deloitte Global 2022 pada Gen Z & Millennial menemukan bahwa keinginan dua generasi karyawan ini untuk resign dari perusahaan masih cukup tinggi. Sebanyak 40% Gen Z dan 24% milenial mengaku ingin meninggalkan pekerjaan mereka saat ini dalam kurun 2 tahun mendatang. Sedangkan 35% Gen Z dan 32% milenial tetap ingin resign meski belum tahu akan bekerja di mana.
Apa yang paling diinginkan karyawan milenial?
Karyawan generasi milenial dan Gen Z mengkhawatirkan masalah biaya hidup. Kekhawatiran ini dipengaruhi oleh situasi ekonomi, termasuk inflasi tinggi yang membuat mereka merasa tidak aman secara finansial.
Hampir setengah Gen Z (46%) dan millennial (47%) hidup dari gaji ke gaji, dan terus merasa khawatir tidak akan mampu menutup pengeluaran mereka setiap bulannya Terlepas dari itu, ada sejumlah alasan yang membuat karyawan generasi ini bertahan di perusahaan mereka saat ini yaitu work-life balance, kesempatan belajar dan berkembang, serta gaji dan benefit finansial.
Dapat disimpulkan bahwa karyawan milenial dan gen Z khawatir dengan kemampuan finansial mereka, terutama untuk membiayai hidup dan mereka tetapmempertimbangkan bertahan di perusahaan yang memberikan benefit finansial.
Benefit finansial seperti apa yang dibutuhkan?
Untuk meningkatkan employee retention pada generasi milenial dan Gen Z adalah dengan menyediakan benefit finansial. Benefit finansial di sini bukanlah hanya sekedar gaji, melainkan benefit yang membantu mensejahterakan karyawan dan keluarganya.
Benefit karyawan ada yang sifatnya finansial dan nonfinansial. Benefit finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk seperti asuransi, reimbursement pengobatan, dana pensiun, kasbon, hingga pinjaman karyawan.
Dengan dukungan finansial, karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dan menjadi lebih sejahtera, sehingga kinerja mereka pun akan meningkat dan loyalitas pun akan ikut naik juga.
EWA, benefit finansial yang perlu dipertimbangkan
Tidak semua perusahaan mampu menyediakan benefit finansial yang dibutuhkan karyawan karena keterbatasan kemampuan keuangan perusahaan. Namun, hal ini bukanlah masalah lagi ketika kamu memanfaatkan aplikasi KINI.id.
Dengan aplikasi KINI.id, perusahaan bisa mendaftarkan seluruh karyawannya agar mendapatkan kemudahan dalam mengakses gaji secara fleksibel dan instan tanpa perlu mengeluarkan anggaran perusahaan, sehingga nantinya tidak akan mengganggu arus kas perusahaan.
Melalui aplikasi KINI.id juga karyawan bisa melakukan berbagai transaksi dengan lebih mudah, mulai dari pembayaran menggunakan QRIS, membeli pulsa, hingga mengambil uang sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi tunggu apalagi? Daftarkan segera seluruh karyawan ke dalam aplikasi KINI.id sebagai strategi menghadapi karyawan kutu loncat.