Tidak ada satupun orang yang bisa menghindari penyakit. Namun tahukah kamu bahwa sering izin sakit dapat mengganggu berjalannya kegiatan operasional perusahaan? Tanpa disadari, tidak hadirnya karyawan akan memengaruhi produktivitas kerja, misalnya pekerjaan tim menjadi tertunda, proses produksi terhambat, dan semua rencana membutuhkan waktu lebih lama untuk dieksekusi.
Dalam berbagai kondisi, isu ini bisa menjadi masalah besar bagi perusahaan, dan jika dibiarkan efeknya pun cukup berbahaya, seperti angka penjualan dan minat investor yang menurun.
Namun, apa sebenarnya penyebab karyawan sering izin sakit? Nyatanya tidak sedikit karyawan yang izin sakit bukan karena sakit sesungguhnya, namun digunakan hanya sekedar untuk istirahat atau bahkan mencari pekerjaan lain.
Berikut beberapa kasus karyawan yang bisa jadi penyebab sering izin, di antaranya:
- Kurangnya employee engagement.
- Kebijakan perusahaan yang kurang tegas.
- Budaya kerja yang toxic.
- Rendahnya apresiasi pekerjaan.
- Tidak ada sistem reward and punishment.
- Mengikuti rekrutmen di perusahaan lain.
Jika hal-hal tersebut terjadi, HR dan manajemen perlu melakukan evaluasi secara internal. Di bawah ini adalah beberapa cara mengatasi karyawna yang sering izin sakit.
Buat kebijakan yang tegas
Untuk mencegah karyawan sering izin sakit, pastikan perusahaan membuat kebijakan jelas yang tertuang pada kontrak kerja yang mengatur tentang izin sakit tersebut.
Dengan begitu, karyawan akan memahami hak dan kewajibannya di perusahaan. Kebijakan ini juga bisa menjadi acuan yang valid bagi perusahaan ketika membuat keputusan.
Misalnya, membuat aturan tentang batasan izin karyawan, jatah cuti, aturan lembur, dan lainnya. Untuk mengatasi karyawan sering izin sakit, perusahaan juga bisa merancang kebijakan yang tegas mengenai hal tersebut secara spesifik. Misalnya, izin sakit hanya diperbolehkan ketika terdapat surat sakit resmi dari dokter.
Bersikap adil terhadap karyawan
Sikap adil dapat dibuktikan dengan sistem penggajian yang rapi, pelatihan kepada karyawan, menghindari diskriminasi, dan pembagian kerja sesuai kapasitas. Hal tersebut juga telah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Karyawan yang berada dalam departemen atau divisi mana pun, perusahaan perlu memastikan setiap divisi tersebut sudah berjalan sesuai arah tujuan besar dari perusahaan.
Berikan konsekuensi
Pada dasarnya, karyawan yang berhasil mencapai target layak mendapat apresiasi. Di sisi lain, karyawan yang tidak bisa menjaga komitmen di tempat kerja juga perlu menerima konsekuensi. Dalam hal ini adalah tentang sikap disiplin mereka mematuhi jam kerja dan tanggung jawab yang ada.
Kira-kira, konsekuensi seperti apa yang bisa diberikan perusahaan? Misalnya, perusahaan bisa memberikan peringatan atau sanksi yang tegas. Namun, hal ini diterapkan bukan untuk menakut-nakuti karyawan, namun untuk meningkatkan komitmen dan kesadaran karyawan terhadap tanggung jawab masing-masing.
Memastikan karyawan termotivasi
Memastikan karyawan termotivasi juga menjadi cara jitu mencegah karyawan tidak rajin izin sakit. Saat motivasi masih terjaga, performa pun mudah ditingkatkan. Idealnya, dalam kondisi performa yang bagus, karyawan memprioritaskan pekerjaan dan tidak akan sering izin sakit.
Apalagi, kesadaran pribadi mereka sudah terbentuk dan tidak perlu untuk selalu diingatkan. Karyawan disiplin akan menyadari dampak ketidakhadiran mereka di tempat kerja.
Memberikan reward atau bonus kehadiran
Perusahaan juga bisa menerapkan kebijakan untuk menjaga keterlibatan karyawan yaitu dengan pemberian bonus kehadiran. Misalnya, karyawan yang masuk kerja tepat waktu dan tidak pernah absen berhak mendapatkan bonus yang bisa ditambahkan pada gaji.
Sehingga, semua karyawan akan secara otomatis meningkatkan performa kerja dan menjaga absensi mereka di kantor. Bonus atau reward bukan hanya bisa berbentuk uang, namun juga pembinaan skill dan kesempatan meningkatkan jenjang karir di perusahaan.
Pemberian akses gaji instan
Mungkin pemberian akses gaji instan tidak bisa mencegah izin sakit karyawan secara langsung. Namun, dengan pemberian akses gaji instan, karyawan tidak perlu mengambil izin sakit ketika mengalami masalah keuangan. Biasanya, ketika karyawan mengalami masalah keuangan, kebanyakan dari mereka akan mengambil izin sakit untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan adanya pemberian akses gaji instan ini, karyawan tidak perlu lagi khawatir masalah keuangan, karena mereka bisa menyelesaikan masalah keuangan dengan mudah lewat pengambilan gaji instan. Karyawan bisa mengakses gajinya untuk memenuhi kebutuhan daruratnya tanpa perlu izin sakit. Sehingga produktivitas karyawan pun tidak akan terganggu.
Untuk memberikan akses gaji instan, perusahaan bisa memanfaatkan aplikasi KINI.id. Dengan aplikasi KINI.id, perusahaan bisa memberikan benefit tersebut tanpa perlu mengganggu anggaran dan cash flow perusahaan.
Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan perusahan untuk mencegah izin sakit karyawan. Dengan mencegah izin sakit inilah perusahaan bisa menjalankan bisnis lebih produktif dengan bantuan karyawan yang ada.